Book Chapter “Pendidikan & Kontekstualisasi Merdeka Belajar Sebelum, Selama Dan Pasca Pandemi”

  • Dibaca: 2103 Pengunjung
  • |
  • 26 Desember 2020
  • |
  • Kontributor:

Cover Book Chapter

Book Chapter dengan judul “Pendidikan & Kontekstualisasi Merdeka Belajar Sebelum, Selama Dan Pasca Pandemi” ini, beberapa penulis yang merupakan dosen dari beberapa Perguruan Tinggi menguraikan perspektif mengenai pendidikan tinggi sebelum, selama dan pasca pandemi secara praktis.

I Gusti Bagus Rai Utama dalam tulisannya “Model Virtual Tourism Sebagai Strategi Recovery Pariwisata Bali New Normal” memberi gambaran strategi recovery pariwisata Bali new normal dapat dilakukan dengan model bisnis to bisnis (B2B) antara provider sistem virtual tourism dengan para penyedia layanan pariwisata.

Putu Sabda Jayendra dalam tulisannya berjudul “Etnopedagogi: Tinjauan Aktualisasi Merdeka Belajar Dalam Konstruksi Sikap Sosial” memaparkan Implementasi pembelajaran konstruktivistik melalui aktualisasi etnopedagogi dengan sendirinya akan mengurangi potensi-potensi konflik di masyarakat. Proses pewarisan budaya dan sosialisasi nilai melalui kearifan lokal pada akhirnya akan memperkuat identitas masyarakat yang cerdas dan berkarakter.

Dalam tulisan “Perguruan Tinggi “Pelopor” Lingkungan yang Bersih dan sehat” oleh Arman Rifat Lette dikemukakan bahwa Perguruan tinggi perlu “hadir” dan memberikan “dampak” nyata dalam menyikapi masalah-masalah lingkungan di dalam masyarakat. Lingkungan yang bersih dan sehat berhubungan dengan kesehatan dan peningkatan produktivitas

Tulisan “Adaptasi Bumbu Dasar Makanan Tradisional Indonesia Pada Industri Wisata Kuliner” oleh I Nyoman Tri Sutaguna dikemukakan bahwa Bumbu dasar makanan tradisional Indonesia memiliki aroma dan rasa yang khas yaitu aroma tajam dan rasa yang pedas. Adaptasi kuantitas dari bumbu dan bahan makanan diperlukan sehingga semua orang dapat menikmati makanan tradisional Indonesia yang diolah khususnya di industri kuliner di daerah tujuan wisata.

Tulisan karya Ni Made Dwi Mara Widyani Nayaka berjudul “Revolusi Pendidikan Tinggi Akibat Pandemi COVID-19” menguraikan tentang pembelajaran dilakukan secara jarak jauh dengan sistem daring. Dosen mengajar dari rumah, mahasiswa belajar dari rumah. Demi keamanan dan kesehatan bersama, kampus ditutup sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Dari sini lah, proses adaptasi untuk tatanan baru (new normal) pendidikan tinggi dimulai

“Pendidikan Tinggi dan Perkuliahan di Kampus” oleh Melkias Dikson menguraikan bahwa Keberlanjutan pemberian pengetahuan kepada mahasiswa harus tetap berjalan walaupun dalam keadaan pandemic Covid-19. Adaptasi kebiasaan baru akan menjadi salah satu sejarah manusia yang akan dicatat, dikenang oleh siapapun serta menjadi warisan pengetahuan yang akan dipelajari sejak saat ini dan berlanjut di masa di depan

Made Martini dalam tulisannya berjudul “Blended Learning sebagai salah satu Literasi dalam Pembelajaran Keperawatan di Era New Normal Menuju Implementasi Merdeka Belajar” memaparkan proses pembelajaran mata kuliah keperawatan gawat darurat ada satu materi terkait bantuan hidup dasar yaitu bagaimana proses dan cara perawat melakukan tindakan di awal dan selanjutnya dalam menyelamatkan nyawa pasien, dengan berbagai tindakan diantaranya RJP (resusitasi jantung paru). Dalam proses pembelajaran Blended learning tahapan diawal yang dilakukan dosen menyusu RPS (rencana pembelajaran semester), menyusun modul pembelajaran misal terkait bantuan hidup dasar (yang membicarakan RJP), kemudian memilih metode pembelajaran baik secara Synchronous (Sinkron) dan Asynchronous (tidak Sinkron).

I Gede Andika dalam tulisannya berjudul “Pembelajaran Online” menguraikan tentang pembelajaran online, belajar seperti layaknya mereka mengakses Instagram. Buat mereka menikmati materi seperti halnya mereka sedang menonton YouTube. Memanjakan indera yang aktif adalah kunci menjaga fokus mereka selama pembelajaran.

Ni Nyoman Karmini dalam tulisannya berjudul “Perkuat Karakter Diri dengan Membaca Sastra di Rumah” mengemukakan pembelajaran sastra sangat baik untuk pembelajaran karakter. Lewat apresiasi sastra, peserta didik belajar dengan santai tapi serius, terhibur karena sastra memang bersifat menghibur, serta memperoleh manfaat untuk memperkaya rohani.

I Gde Dhika Widarnandana dalam tulisannya berjudul “Penerapan Konsep Belajar Melalui Pengalaman dengan Metode Permainan” memaparkan pendidik juga selain menggunakan ice breaking dalam beberapa topik juga dapat memberikan tantangan permainan yang dipadukan dengan kasus-kasus. Kasus yang melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor, akan memberikan pengalaman tersendiri bagi siswa-siswi sehingga bisa belajar langsung dari permainan yang dihadapinya, kasus dari permainan juga dapat dibuat dalam bentuk skenario berkaitan dengan topik yang akan diajarkan kepada siswa didik.

Dalam tulisan “Covid-19, Tantangan dan Peluang” oleh Pande Agus Adiwijaya dikemukakan bahwa para dosen berinovasi dengan menggunakan medsos seperti Youtube, Instagram, Facebook, Whatsapp, bahkan Tiktok. Hal ini dilakukan untuk bisa memfasilitasi para mahasiswa agar dapat kuliah namun tidak mengurangi esensi perkuliahannya. Hal ini tidak akan mereka lakukan jika tidak ada kondisi yang memaksa dan pandemi Covid-19 telah memaksa mereka untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif.

Tulisan “Pendidikan Tinggi dan Perkuliahan” oleh Yulianto Tell dikemukakan bahwa dalam ketidakpastian waktu berakhirnya Covid 19, dunia pendidikan tinggi sudah harus mulai menunjukkan geliat aktivitas perkuliahan daring. Perangkat pembelajaran daring harus dipersiapkan lebih baik dari semester sebelumnya.

Tulisan karya Khirjan Nahdi berjudul “Perguruan Tinggi Dan Peran Membangun Kompetensi Literasi Kritis” menguraikan tentang kompetensi komunikatif selalu dikaitkan dengan keterampilan reseptif (mendengar/ menyimak dan membaca) dan keterampilan produktif (menulis dan berbicara), sehingga pembelajaran bahasa dewasa ini konsentrasi pada pembelajaran empat keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis).  Fenomena pembelajaran semacam ini akan menghilangkan fungsi bahasa sebagai instrumen berpikir mahasiswa dalam membangun literasi kritis melalui aktivitas membangun pengetahuan (building knowlodge of field), menyusun sendiri model teks (modelling of text), mahasiswa menyusun teks secara bersama (joint construction of text), dan mahasiswa menciptakan teks sendiri (independent construction of text).

Buku ini menjadi menarik karena ditulis dari berbagai perspektif oleh para dosen dari beberapa Perguruan Tinggi yang menerapkan Merdeka Belajar.

  • Dibaca: 2103 Pengunjung
  • |
  • 26 Desember 2020