Ibu-Ibu Di Desa Wisata Panji Sulap Kamar Tak Terpakai Jadi Homestay

  • Dibaca: 296 Pengunjung
  • |
  • 10 November 2025
  • |
  • Kontributor: I Made Satria Wintara

Ekonomi

Denpasar Institute - Sebanyak 10 rumah warga di Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, kini disulap menjadi homestay yang siap menampung wisatawan.

Sebagian kamar di rumah penduduk dimanfaatkan untuk menginap para tamu, sambil merasakan langsung kehidupan sehari-hari masyarakat desa.

Inisiatif pemberdayaan ini digagas oleh Dr Nyoman Dini Andiani SSTPar MPar, akademisi dari Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja. Melalui Program Kedaireka 2023, Dini bersama timnya mengembangkan 10 rumah penduduk menjadi homestay, bekerja sama dengan Pemerintah Desa Panji, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), dan Kelompok Wanita Tani setempat.

“Kami menelusuri rumah-rumah penduduk yang layak dijadikan homestay berdasarkan beberapa kriteria, seperti kebersihan, sanitasi, sirkulasi udara, serta kesediaan pemilik rumah untuk tetap tinggal di sana. Konsep homestay bukan sekadar tempat menginap, melainkan ruang interaksi antara tamu dan pemilik rumah,” jelas Dini, Rabu (5/11).

Dari hasil identifikasi tersebut, 10 rumah warga anggota kelompok tani kemudian ditransformasi menjadi homestay dan beroperasi di bawah wadah Perempuan Eco Village Homestay Panji, yang beranggotakan ibu rumah tangga serta anggota kelompok wanita tani.

Menurut dosen Program Studi Perhotelan Undiksha ini, keberadaan homestay memberikan dampak ekonomi dan sosial yang nyata bagi warga, apalagi Desa Panji telah ditetapkan sebagai salah satu desa wisata unggulan di Buleleng. Meskipun jumlah wisatawan belum terlalu banyak, lama tinggal (length of stay) mereka cenderung meningkat.

“Wisatawan yang datang bukan wisatawan massal, melainkan wisatawan minat khusus—mereka yang ingin belajar budaya, hidup bersama warga, atau melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat,” ungkap perempuan dikenal konsisten dalam mendampingi dan menguatkan peran perempuan di desa wisata ini.

Salah satu kerja sama yang menarik datang dari Wako University Jepang, yang berkolaborasi dengan Fakultas Ekonomi Undiksha. Sebanyak 22 mahasiswa Jepang tinggal di rumah-rumah warga Desa Panji untuk melakukan penelitian kecil mengenai pengelolaan homestay dan kehidupan komunitas lokal.

“Mereka tidak hanya belajar pariwisata, tapi juga hidup berdampingan dengan warga. Bahkan ada yang sampai memanggil ibu-ibu di sini sebagai ‘ibu angkat’,” tutur Dini yang juga menjabat sebagai Ketua DPD Provinsi Bali Indonesia Homestay Association (IHSA).

Lebih lanjut, Dini menjelaskan bahwa saat ini seluruh homestay di Desa Panji telah mendapatkan komposter dan edukasi penggunaannya melalui program Desa Binaan. “Konsep wisata edukasi kami tonjolkan, sehingga wisatawan yang datang tidak hanya menginap, tetapi juga belajar tentang pengelolaan sampah organik dan gaya hidup berkelanjutan,” ujarnya.

Meski pendapatan dari homestay belum menyamai hasil pertanian, manfaat sosial dan psikologisnya sangat terasa. “Para ibu merasa memiliki peran baru. Selain sebagai petani, kini mereka menjadi tuan rumah yang menyambut tamu dari berbagai negara. Hubungan sosialnya kuat sekali—sampai sekarang mereka masih berkomunikasi dengan tamu-tamu melalui media sosial,” jelas Sekretaris Forum Komunikasi Desa Wisata Provinsi Bali ini.

Bagi Dini, inilah esensi dari community-based tourism (CBT) atau pariwisata berbasis komunitas: masyarakat menjadi pelaku utama, bukan sekadar penonton. “DNA orang Bali itu memiliki high hospitality. Keramahtamahan yang natural menjadi daya tarik tersendiri. Jadi yang dijual bukan fasilitas mewah, melainkan kehangatan dan rasa diterima sebagai bagian dari keluarga,” tutupnya.7 mzk

  • Dibaca: 296 Pengunjung
  • |
  • 10 November 2025